Jangan Golput Karena Menjadi Golput itu Sia-Sia

Pada Selasa, April 08, 2014


Jangan Golput
Majelis-majelis agama menyerukan kepada masyarakat yang memenuhi persyaratan sebagai pemilih agar menggunakan hak pilihnya secara bertanggungjawab disertai sikap penuh optimisme dan tidak bersikap “golput”, demi kelangsungan pembangunan bangsa yang menempatkan agama sebagai landasan etik, moral dan spiritual.

Seruan tersebut disampaikan pada forum silaturahmi tokoh-tokoh agama dari MUI (Majelis Ulama Indonesia), KWI (Konferensi Waligereja Indonesia), PGI (Persekutuan Gereja Indonesia), PHDI (Parisada Hindu Dharma Indonesia), Walubi (Perwalian Buddha Indonesia) dan Matakin (Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia) di Jakarta, Rabu (2/4/2014) dihadiri Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar dan Sekjen Kemenag Bahrul Hayat.

Majelis Agama juga menyerukan kepada semua partai politik agar sungguh-sungguh berlaku jujur dan adil dengan menempatkan kerukunan dan persatuan bangsa sebagai landasan utama pelaksanaan pemilu serta menghindari terjadinya pertentangan di masyarakat.

Seruan yang dibaca oleh Suhadi Sanjaya (Walubi) meminta penyelenggara pemilu agar melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya serta memegang teguh sikap amanah, adil, jujur dan bertanggungjawab, dengan berpedoman pada ketentuan hukum dan peraturan perundangan-undangan sehingga dapat dihindari kemungkinan berkurangnya nilai obyektivitas hasil pemilu 2014.

Selain itu menyerukan kepada para calon legislatif dan calon pimpinan bangsa dalam meraih dukungan harus menghindarkan diri dari perilaku buruk seperti menggunakan isu-isu primodial, mengadu domba, menggunakan politik uang dan black campaign dengan mengedepankan etika dan moral serta semangat persatuan dan solidaritas kebangsaan.

Dalam kesempatan ini, Wamenag Nasaruddin Umar mengatakan, seruan yang disampaikan majelis-majelis agama merupakan inisiatif dari tokoh-tokoh agama.

“Keterlibatan tokoh-tokoh agama dalam pemilu memberikan suasana batin yang kuat. Seruan ini perlu diapresiasi,” ujarnya.

Syaifullah Maksum, yang mewakili MUI berharap pemilu keempat di era reformasi menjadi pemilu yang betul-betul demokrasi. “Jangan sampai terjadi seperti singkatan NPWP yang diplesetkan : nomor piro wani piro,” ucapnya.

Himbauan untuk menggunakan hak pilih juga diserukan oleh sejumlah pimpinan partai politik seperti Ketua Umum Partai Gerindra Suhardi, Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tandjung, dan Wakil Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Emron Pangkapi, seusai acara doa bersama Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj di Jagakarsa, Jakarta. 

Mereka meminta agar seluruh elemen masyarakat menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan legislatif (pileg) yang akan berlangsung besok pagi Rabu (9/4/2014). Mereka juga mengatakan, suara yang diberikan masyarakat akan sangat menentukan kualitas pemimpin ke depan.

"Mari kita berikan pendidikan politik yang baik bahwa golput itu sia-sia," ujar Suhardi.

Sementara itu, Emron berharap agar angka golput dalam pemilu kali ini bisa ditekan. Kekhawatiran tingginya angka golput, kata Emron, terlihat dari tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilihan kepala daerah yang hanya sekitar 30 persen. Emron mengingatkan masyarakat untuk tidak bersikap apatis dalam memilih calon pemimpinnya. 

"Ruginya kalau kita golput, yang baik-baik dan punya gagasan yang bagus nanti tidak terpilih sehingga tak bisa menjadi pemimpin bangsa. Kalau golput, bisa terjadi sebaliknya," kata Emron. 

Pada kesempatan yang sama, Akbar Tandjung mengatakan, antusiasme masyarakat dalam mengikuti kampanye partai politik pada pemilu tahun ini terlihat menurun dibandingkan Pemilu 2009. Partisipasi tinggi masyarakat, kata dia, sangat penting dalam menjaga legitimasi pemerintahan ke depan. Pemerintahan selanjutnya harus mendapat legitimasi kuat dari masyarakat agar roda pemerintahan bisa berjalan dengan baik. 

Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj mengungkapkan, PBNU sudah sejak lama menyerukan agar masyarakat tidak golput. Said menilai, kepentingan menyukseskan perhelatan pemilu adalah agenda bersama dalam mengembangkan demokrasi di negeri ini. Ia berpendapat tingginya angka potensi golput terjadi karena faktor frustrasi terhadap calon-calon anggota dewan yang ada. 

"NU tidak mengeluarkan ini halal atau haram. Tapi, NU berharap semua masyarakat mengambil peran dalam pesta lima tahunan ini," kata Said lagi.

Demikian info mengenai Jangan Golput Karena Menjadi Golput itu Sia-Sia, semoga ada manfaatnya.(Abdi Madrasah)

Next
« Prev Post
Previous
Next Post »